Jumat, 18 Oktober 2013

Presentasi Teori Belajar Neurofisiologis Dominan

Teori Neurofisiologis Dominan

MAKALAH TEORI BELAJAR NEUROFISOLOGIS DOMINAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang dibimbing oleh Bapak Tamsil Muis Disusun Oleh: Nama : Anggelina Morantri Bili NIM : (137905013) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI S2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN Oktober 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Perubahan hanya dapat dilihat dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Berdasarkan adanya perubahan perilaku yang ditimbulkan, maka sebenarnya siswa sudah melakukan proses belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari proses pembelajaran, dengan demikian seorang guru harus memahami secara teoritis bagaimana terjadinya perubahan perilaku itu. Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol (Robert M. Gagne, 1977). Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap. Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik, karena dengan belajar manusia menjadi mengerti dan paham tentang hal-hal yang sebelumnya belum mereka ketahui. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena itu pengajar harus mampu menggunakan berbagai cara agar peserta didik mampu memahami apa yang sudah diberikan oleh pengajar. Sehingga mengajar harus memilih pendekatan, strategi, metode, dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi anak yang akan kita ajar, supaya tujuan pengajaran tercapai dengan hasil yang baik. Bila guru tidak menggunakan strategi dan model-model belajar yang sesuai, maka hasil belajar yang diharapkan tidak akan tercapai secara optimal. Perlu diketahui bahwa pendekatan, strategi, metode, dan model-model pembelajaran yang ada saat ini tidak terlepas dari teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para ilmuan. Sehingga berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai Teori Belajar Neurofisiologis dan Model-model Pembelajaran yang di dasarkan pada Teori Belajar Neurofisiologis. B. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Teori Belajar Neurofisiologis Dominan yang dikemukanan oleh Hebb secara rinci. 2. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan berbagai model pembelajaran yang di dasarkan pada Teori Belajar Neurofisiologis Dominan. C. Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan penjelasan kepada mahasiswa akan Teori Belajar Neurofisiologis Dominan sehingga makalah ini dapat dijadikan referensi baik bagi mahasiswa itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Jelaskan Teori Belajar Neurofisiologis Dominan secara rinci mengenai konsep teoritis utama, pengaruh terhadap nuerosaintifik, sel riil dan pandangan Hebb tentang pendidikan? 2. Jelaskan beberapa model pembelajaran yang didasarkan atau terkait dengan Teori Belajar Neurofisiologis Dominan? BAB II PEMBAHASAN A. TEORI NEUROFISIOLOGIS DOMINAN “Donald Olding Hebb” Donald Olding Hebb lahir pada 22 Juli 1904 di Chester, Nova Scotia. Kedua orang tuanya adalah dokter. Pada tahun 1925 Hebb meraih B.A dari Dollhusie university dengan nilai minimal. Pada usia 23 tahun, dia membaca karya Freud dan merasa bahwa ilmu psikologi masih perlu diperbaiki. Karena ketua jurusan psikologi di McGill university adalah kawan dari ibunya, dia diterima menjadi mahasiswa psikologi paruh waktu meski nilai kelulusannya payah. Selama di McGill, Hebb dididik dalam tradisi Pavlovian, dan dia mendapat gelar M.A. pada 1932. Meski dididik dalam tradisi Pavlovian, dia melihat ada keterbatasan dalam teori Pavlovian dan meragukan arti pentingnya. Pada 1934 Hebb memutuskan meneruskan pendidikannya ke University of Chicago, dimana dia bekerjasama denga Lashley dan mengikuti kuliah Kohler. Pada 1935, Lashley menjadi profesor di Harvard, dan dia mengundang Hebb untuk bekerja sama. Pada 1936, Hebb mendapat gelar Ph.D. dari Harvard dan menjadi pengajar dan asisten riset di Harvard selama setahun. Pada 1937, Hebb pindah ke Montreal Neurological Institute untuk bekerja sama bersama ahli bedah otak terkenal Wilder Penfield. Tugas Hebb mempelajari status psikologis dari pasien Penfield setelah pembedahan otak. Yang mengejutkan Hebb menemukan bahwa setelah kehilangan banyak jaringan (20%) dari cuping bagian depan otak, tidak terjadi penurunan atau hilangnya kecerdasan (h. 290). Setelah meneliti pasien Penfield selama lima tahun (1937-1942), Hebb (1980) mengambil kesimpulan tentang tentang itelegensi yang kelak menjadi bagian penting dari teorinya: “Pengalaman di masa kanak-kanak biasanya akan mengembangkan konsep, mode pemikiran, dan cara memahami sesuatu yang menjadi unsure penyususn intelegensi” (h. 292). Hebb telah membuat 3 observasi yang dijelaskan lewat teorinya: • Otak tidak berperan sebagai stasiun relay (penghubung). • Intelegensi (kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara genetik. • Pengalaman masa kanak-kanak lebih penting dalam mempengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa. 1. Konsep Teoritis Utama Lingkungan Terbatas Beberapa eksperimen menunjukkan efek restricted environment (lingkungan terbatas) yang bisa melemahkan perkembangan belajar awal dan perkembangan sistem syaraf. Ahli opthalmologi dari Jerman, Von Senden (1932), meneliti orang dewasa yang dilahirkan dengan menderita katarak bawaan yang tiba-tiba mampu melihat setelah katarak itu dioperasi. Ditemukan bahwa individu ini dapat dengan segera mendeteksi kehadiran suatu objek, tetapi mereka tidak bisa mengidentifikasi dengan menggunakan petunjuk visual saja. Temuan ini menunjukkan bahwa beberapa persepsi tentang bentuk adalah bersifat bawaan (innate), namun pengalaman visual dengan berbagai macam objek adalah perlu sebelum objek-objek itu dapat dibedakan satu sama lain. Pelan-pelan, dengan latihan keras individu yang sebelumnya buta ini akhirnya bisa mengenali objek di lingkungan, dan persepsinya mendekati normal. Austin Risein membesarkan bayi-bayi simpanse dibesarkan dalam kegelapan selama dua tahun, saat mereka dikeluarkan mereka bertingkah seperti orang buta, baru setelah beberapa minggu mereka kembali normal. Banyak studi lain yang mendukung kesimpulan bahwa dengan membatasi pengalaman sebelumnya, seseorang bisa mencampuri perkembangan intelektual dan perseptual. Lingkungan yang kaya Enriched environment (lingkungan yang kaya) adalah lingkungan dengan berbagai macam pengalaman motor dan sensoris, akan memperkaya perkembangan. Efek dari lingkungan yang tidak terbatas itu tidak permanen. Bahaya atau kerugian yang disebabkan oleh lingkungan yang terbatas dapat dihilangkan jika kondisi lingkungannya diubah menjadi lebih baik. Hebb melakukan eksperimen uttuk meneliti efek jenis kondisi pengasuhan yang berbeda terhadap perkembangan intelektual (1949, h298-299). Dua kelompok tikus dipakai: satu dibesarkan di sangkar di laboratorium Hebb, kelompok kedua dibesarkan di rumahnya. Setelah itu ditemukan kinerja tikus piaraan dalam memecahkan jalur teka-teki jauh lebih baik ketimbang tikus yang dibesarkan di sangkar laboratorium. Diversitas sensoris yang disediakan oleh lingkungan yang kaya memungkinkan hewan membangun lebih banyak sirkuit ata jaringan neural (saraf) yang lebih kompleks. Setelah berkembang, sirkuit neural ini akan dipakai dalam dipakai dalam proses belajar yang baru. Pengalaman sensoris sederhana dalam lingkungan yang miskin akan membatasi sirkuit neural atau menunda perkembangannya dan hewan yang dibesarkan dalam lingkungan ini akan kurang bagus dalam memecahkan problem. Semua observasi ini memperkuat pandangan empiris Hebb. Intelegensi, persepsi, dan bahkan emosi dipelajari dari pengalaman dan karenanya bukan warisan seperti diklaim nativis. Kumpulan sel Setiap lingkungan yang kita alami akan menstimulasi pola neuron yang kompleks, yang dinamakan cell assembly (kumpulan sel). Hebb (1949) menganggap kumpulan sel ini sebagai sistem neuron yang dinamis, bukan statis atau tetap. Kumpulan sel adalah paket neurologis yang saling terkait yang dapat diaktifkan oleh stimulasi eksternal atau internal, atau kombinasi keduanya. Ketika satu kumpulan sel aktif, kita mengaktifkan pemikiran tentang kejadian yang dipresentasikan oleh kumpulan tersebut. Menurut Hebb, kumpulan sel adalah basis neurologis dari ide atau pemikiran. Sekuensi fase Phase sequence (sekuensi fase) adalah “serangkaian aktifitas kumpulan yang terintegrasi secara temporer, ia sama dengan arus pemikiran” (Hebb, 1959, h.629). setelah berkembang, sebuah urutan atau sekuensi fase, seperti kumpulan sel dapat diaktifkan oleh stimuli internal, stimuli eksternal, atau kombinasi kedua stimuli itu. Ketika satu fase aktif, kita mengalami arus pemikiran, yakni serangkaian ide yang ditata secara logis. Menurut Hebb ada dua jenis belajar. Yang pertama melibatkan pembentukan kumpulan sel secara pelan di masa awal kehidupan dan mungkin dapat dijelaskan dengan salah satu teori belajar S-R, seperti teori Guthrie. Jenis belajar ini adalah asosiasionisme langsung. Hebb berpendapat bahwa variabel yang mempengaruhi belajar anak-anak dan yang mempengaruhi orang dewasa adalah variabel yang berbeda-beda. Proses belajarnya anak akan menjadi kerangka dasar untuk proses belajar selanjutnya. Teori kewaspadaan/ kesiapan Hebb membahas hubungan antara level stimulasi dengan pelaksanaan fungsi kognitif ini dalam konteks arousal theory (teori kewaspadaan). Menurut Hebb (1955), impuls neural yang dimunculkan oleh stimulasi dari satu reseptor indra memiliki dua fungsi. Yang pertama dinamakan cue function of a stimulus (fungsi petunjuk dari stimulus). Fungsi kedua adalah arrousal function of stimulus (fungsi kewaspadaan dari suatu stimulus). Ketika level kewaspadaan terlalu rendah, seperti organisme sangat mengantuk, informasi sensoris yang ditransmisikan ke otak tidak dapat digunakan. Demikian pula, jika level kewaspadaan terlalu tinggi, maka akan terlalu banyak informasi dikirim ke korteks, dan akibatnya adalah kebingungan, respon yang berkonflik, dan perilaku yang tak relevan. Jadi diperlukan level kewaspadaan yang tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah agar pelaksanaan fungsi kortikal menjadi optimal dan karenanya menghasilkan kinerja yang optimal. Teori kewaspadaan dan penguatan Menurut Hebb, jika level kewaspadaan terlalu tinggi, ia akan beroperasi pada lingkungan dengan cara sedemikian rupa untuk mereduksi level itu. Secara umum ketika level kewaspadaan terlalu tinggi, menurunkannya akan menguatkannya, dan sebaliknya. Menurut Hebb (1955), mencari kegairahan atau kesenangan adalah motif yang signifikan dalam perilaku manusia. Depriasi sensoris Sensory deprivation (deprivasi sensoris) menghasilkan efek lebih dari sekedar kejenuhan. kebutuhan akan stimulasi normal dari lingkungan yang bervariasi adalah persoalan fundamental. Tanpa itu, fungsi mental dan personalitas akan memburuk. Subjek dalam isolasi mengeluh tidak bisa berpikir secara koheren, mereka semakin berkurang kemampuannya dalam memecahkan masalah, dan mereka mengalami halusinasi. Eksperimen yang dilakukan sekelompok mahasiswa dibayar 20 dollar sehari untuk tidak melakukan apa-apa, mereka hanya berbaring saja dikasur, mata ditutup, telinga diberi earphone dan tangannya dibalut perban. Kebanyakan hanya bertahan dua atau tiga hari (yang terlama enam hari). Ketika kondisi deprivasi sensoris sangat parah, orang akan merasa dirinya tertekan dan hanya bisa menoleransi dalam waktu singkat. Hebb menyimpulkan dari riset ini bahwa pengalaman sensoris bukan hanya perlu untuk perkembangan neuroisiologis yang tepat, tetapi juga perlu untuk menjaga fungsi normal. Jika semua kebutuhan pokok terpenuhi, jika seseorang tidak merasakan stimulasi normal, dia akan mengalami disorientasi yang parah. Sifat Rasa Takut Hebb (1946) menyimpulkan takut terjadi ketika suatu objek dilihat sebagai sesuatu yang cukup familier dalam hal tertentu sehingga membangkitkan proses membangkitkan persepsi yang biasa, namun dalam hal objek itu lain menimbulkan proses yang tidak kompatibel (h.268). Eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa ekor simpanse ke berbagai objek penguji, kemudian dikenali selama empat bulan, namun ketika ditunjukkan gambar yang tidak utuh (beda) mereka menjadi takut. Memori Jangka Panjang dan Jangka Pendek Periset kini umumnya sepakat ada dua jenis memori: short-term memory (memori jangka pendek) dan long-term memory (memori jangka panjang). Memori jangka pendek diterjemahkan ke dalam memori jangka panjang disebut sebagai consolidation theory (teori konsolidasi), dan Hebb adalah salah satu pendukung utama teori ini. Teori memori jangka pendek dilihat sebagai aktifitas neural yang relatif sementara yang dipicu oleh stimulasi sensoris tetapi terus berlanjut selama beberapa waktu setelah kejadian sensoris itu berhenti. Hebb berspekulasi bahwa untuk spekulasi fase, gema dari aktifitas itu mungkin bertahan mulai dari satu detik sampai sepuluh detik (1949, 143). Bukti lain bagi teori t5 konsolidasi datang dari fenomena yang disebut retrograde amnesia (amnesia yang memburuk), yakni hilangnya memori tentang suatu kejadian sebelum terkena pengalaman traumatis, seperti kecelakaan atau cedera karena perang. Konsolidasi dan otak Sejumlah struktur otak yang saling terkait, yang secara kolektif disebut limbic system (sistem limbik), adalah penting bagi pengalaman berbagai macam emosi. Brendsa Milner, salah satu mahasiswa Hebb di McGill University, mempelajari seorang pasien yang disebut dengan inisial H.M,. yang sedang menjalani pemulihan dari operasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan peyakit epilepsinya (Milner, 1959, 1965; Scoville & Milner, 1957). Setelah operasi, H.M. menunjukkan kasus anterograde amnesia yang parah. Yakni, dia tak begitu kesulitan mengingat kejadian yang terjadi sebelum operasi dijalankan, tetapi dia tampaknya sangat kesulitan mengonsolidasi memori jangka panjangnya. Ada setidaknya dua jenis memori jangka panjang, memori deklaratif dan memori prosedural, yang masing-masing memiliki mekanisme neural sendiri-sendiri untuk melakukan konsolidasi. Lebih jauh, aktifitas sistem limbik (untuk memori deklaratif) dan basal ganglia (untuki memori prosedural) dibutuhkan untuk mengubah memori jangka pendek yang relatif tidak stabil menjadi memori jangka panjang yang permanen. 2. Pengaruh Hebb Terhadap Riset Neurosaintifik Pusat Penguatan Di Otak Old dan Milner dipuji karena menemukan pusat kesenangan diotak. Kita sengaja menggunakan istilah pusat penguatan karena riset subtansional menunjukkan bahwa fenomena yang di temuka Old dan Milner tak banyak hubunganya dengan kesenangan dan lebih banyak berhubungan dengan aktivitas dan motivasi dari penguatprimer seperti makanan dan air. Karakteristik itu adalah: • Tidak diperlukan deprivasi sebelum training. Berbeda dengan training dengan makanan atau air sebagai penguat, secara umum tidak perlu jadwal deprivasi saat stimulasi otak langsung dipakai sebagai penguat. • Kepuasan (kekenyangan) tidak terjadi. Ketika kebutuhan akan air dan makanan dipakai sebagai penguat, hewan pada akhirnya kenyang atau puas; yakni, kebutuhan akan air dan makanan akan terpenuhi dan ia akan berhenti memberikan respon. • Lebih diprioritaskan ketimbang dorongan lain. Pada hewan, akan terus menerus menekan tuas untuk mendapatkan stimulasi otak langsung meskipun, tidak mendapatkan makanan dan mereka delim makan pada jangka waktu yang cukup lama. • Ada pelenyapan yang cepat. Pelenyapan terjadi dengan sangatcepat setelah penguatan stimulasi otak dihentikan. Peran dopamine riset yang belakangan tentang pusat penguatan difokusakan pada bagian kecil dari sistem limbik yang dinamakan nucleus accumbens. Berbeda dengan hipotesis bahwa dopamin mendasari sensasi kesenangan yang diasosiasikan dengan penguat primer atau obat-obatan adiktif, ada banyak studi yang menunjukkan bahawa nucleus accumbens dopamin memperantarai efek aktivasional/motivasional dari penguat. Riset terhadap Belahan Otak Corpus collosum adalah kumpulan serat yang menghubungkan dua bagian otak. Selama bertahun-tahun, fungsi corpus collosum tidak diketahui tetapi pada awal 1960-an ditemukan bahwa ia berperan penting mentranfer informasi dari satu belahan otak kebelahan lainya. Sperry (1961) kemudian mencari mekanisme yang mentransfer informasi dari satu otak keotak yang lainya. Sehingga di temukan bahwa opic chiasm adalah titik dalam saraf optik dimana informasi yang berasal dari satu mata diproyeksikan kesisi otak yang berkebalikan dengan mata itu. Eksperimen yang dilakukan dengan ketika otak kucing yang sudah terbagi dua, diajari membuat diskriminasi visual dengan satu mata tertutup, ia tidak punya ingatan tentang proses belajar ketika diuji dengan mata yang satunya lagi. Dua belahan otak itu tampak belajar secara independen. Proses Belajar Dan Pemprosesan Otak Kiri Dan Otak Kanan Proses belajar dan pemprosesan otak kiri dan otak kanan pada 1836 Marc Darx melaporkan bahwa hilangnya kemampuan berbicara berasal dari kerusakan otak kiri, bukan otak kanan. Observasi Darx diabaikan, hingga setelah Paul Broca, seorang dokter terkenal, melakukan observasi yang sama pada 1861. Dalam kenyataanya, kita masih merujuk pada area bahasa dalam otak kiri seprti yang dikemukakan Broca. Temuan bahwa bagi mayoritas orang area kemampuan bicara berada diotak kiri tetapi tidak ada diotak kanan telah memberikan bukti ilmiah bahwa kedua otak itu berfungsi secara asimetris. Ketika pasien yang mengalami kerusakan otak kanan, diminta menggambar ulang sebuah lukisan di depanya, hasil yang tampak gambar yang bagian kiri tidak jelas. Ditemukan bahwa individu yang mengalami kerusakan otak kanan kemungkinan akan menunjukkan kesulitan dalam memperhatikan atau gangguan persepsi mereka mungkin akan bingung dengan daerah yang sudah dikenalinya dan sulit mengenali wajah keluarga dan objek yang dikenalinya. Individu yang mengalami gangguan diotak kanan lebih mungkin menunjukkan neglect Syndrome (sindrom pengabaian) ketimban mereka mengalami gangguan diotak kiri. Sindrom ini adalah kegagalan untuk melihat atau memperhatikan bidang visual disebelah kiri atau bahkan sisi kira tubuh. Fungsi Belahan Otak di Otak Normal Berdasarkan studi individu yang mengalami gangguan otak dan mereka yang otaknya pernah dioperasi karena alasan medis, tampak bahwa masing-masing belahan otak dapat memahami, belajar, mengingat, dan merasa secara terpisah atau secara independen. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui bagaimana dua belahan otak itu berfungsi pada individu dengan otak normal dan sehat adalah dengan dichotic listening. Teknik dichotic listening adalah dengan mengirimkan informasi yang saling bersaing seperti sepasang suku kata atau angka, ketelinga kiri dan kanan secara bersamaan melalui headphone stereo. Beberapa pihak membantah dengan berargumen bahwa ketimbang mengambil kesimpulan dari riset dichotic listening bahwa belahan otak kiri dikhususkan untuk persepsi bicara secara umum, adalah lebih akurat jika disimpulakn bahwa belahan otak kiri dikhususkan untuk persepsi suara atau perhatian umum. Namun, fakta bahwa kebanyakan orang yang tidak kidal memahami melodi (kimura, 1964) dan suara lingkungan, seperti anjing menggonggong atau mesin mobil secara lebih baik dengan menggunakan teling kirinya (belahan otak kanan) tidak mendukung bantahan argumen tersebut. Spekulasi Riset terhadap perbedaan antara dua belahan otak itu menimbulkan spekulasi tentang peran dari asimetri otak dalam kehiduan sehari-hari. Banyak riset yang dilakukan oleh Bogen (1977), Gazzaniga dan LeDoux yang lainnya merujuk pada suatu pemikiran bahwa otak memiliki keterangan respon yang beda namun memahami, mempelajari dan memproses dengan cara yang sama. 3. Sel Rill dan Kumpulan Sel Rill Apresiasi terhadap spekulasi Hebb sebagian bergantung pada pemahaman tentang belajar antara dua neuron. Sebuah neuron terdiri dari satu tubuh sel; satu atau lebih proses yang lebih luas dinamakan axon untuk menghantarkan informasi dan terdiri dari berbagai cabang yang disebut dendrites untuk menerima informasi. Sel-sel otak berhubungan dengan ratusan atau mungkin ribuan sel lain. Aktivitasnya adalah hasil dari penyajian terus menerus informasi dari sel-sel sekitarnya. Kita bisa membayangkan pada level paling mendasar bahwa belajar membutuhkan perubahan dalam hubungan antara dua sel, dan ini adalah level dimana Hebb untuk menfokuskan diri pertama kalinya. Secara spesifik, belajar terdiri dari perubahan dalam respon sel penerima terhadap neurotransmiter yang dilepaskan oleh sel pengirim. Belajar dalam Aplysia Hambatan utama yang untuk memahami mekanisme belajar, rekrutmen, fraksional adalah banyaknya jumlah neuron yang terlibat dalam perilaku mamalia, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Eric Kandel dan rekannya, memecahkan problem ini dengan meneliti moluska dilautan yang tidak punya cangkang atau disebut aplysia, yang punya sitem saraf yang sederhana namun menunjukkan perilaku yang sama dengan fenomena kumpulan sel. Riset Kandel menunjukkan bahwa kejadian kritis yang memediasi habituasi adalah berkurangnya pelepasan neurotransmiter dari neuron sensorik yang berfungsi sebagai sinyal bagi neuron motor yang memicu gerak mengerut refleksi diorgan eksternal tersebut. Neuroplasitas Neuroplasitas adalah istilah untuk mendeskripsikan kemampuan otak untuk mereorganisasi atau memodifikasi koneksi-koneksinya sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman dan Perkembangan Dendritas. Periset plastisitas Jacobs dan rekannya mengungkapkan bahwa dendritas dalam area bahasa di otak adalah lebih kompleks dikalangan mahasiswa ketimbang anak SMA. Area otak yag diyakini mengontrol pemikiran tingkat tinggi memiliki lebih banyak dendritas yang bervariasiketimbang area yang mengontrol jari. Belajar Kembali Setelah Cedera Otak. Cedera otak yang disebabkan oleh stroke akan menyebabkan matinya neuron, dan sel-sel ini tidak diregenerasi. Setelah terkena stroke, hilangnya control atas tangan atau terganggunya kemampuan bicara sering disebabkan oleh matinya sel-sel yang berkaitan dengan pengontrolan gerak tangan atau bahasa. Meskipun cedera itu bersifat merusak, beberapa pasien menunjukkan pemulihan sebagian atau pemulihan sepenuhnya. Dalam term Hebbian, pemulihan ini melibatkan perkembangan perkumpulan sel baru dan sekuensi fase baru. Azari dan Seitz (2000) menggunakan alat pemindai (scan) positron emission tomography (PET) untuk menunjukkan bahwa pemulihan pasca srtoke adalah disebabkan oleh rekrutmen pola synaptic baru yang biasanya tidak ada dalam otak yang sehat. Cornelissen et al., (2003) menggunakan teknologi scanning lain yang disebut magnetoenchepalography (MEG) untuk pasien stroke yang juga terkena anomia (ketidak mampuan menyebut nama objek umum). Mekanisme yang Kompleks. Banyak faktor yang mempengarui neuroplastisitas, dan banyak dari mekanisme ini mungkin beroperasi secara simultan. Beberapa diantaranya, misalnya faktor pertumbuhan saraf, dan faktor neurotrophis, ikut memperkaya plastisitas. Selain itu, hormone seks memainkan peran penting dalam menentukan morfologi (bentuk) neuron dan level hormone seks adalah mediator yang penting dari plasisitas. Plastisitas utama diungkapkan oleh Gage dan rekannya, yang menunjukkan bahwa neurogenesis, yakni kelahiran dan perkembangan neuron baru, terjadi di masa dewasa di sebagian otak banyak hewan dan juga manusia. Secara spesifik, bagian dari dentate gyrus di hippocampus dan bagian struktur otak depan berhubungan dengan bagian indra penciuman yang memproduksi sel-sel yang berbentuk batangan. Sel- sel ini bisa dibedakan menjadi neuron, glia, atau kapiler. 4. Pandangan Hebb tentang Pendidikan Menurut Hebb, ada dua jenis belajar, yaitu: • Berkaitan dengan pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara gradual selama bayi dan kanak-kanak. Proses belajar awal ini representasi neurologis atau objek dan lingkungan. Ketika perkembangan neural ini terjadi, anak dapat memikirkan suatu objek atau kejadian atau sederetan objek dan kejadian yang tidak hadir secara fisik didepannya. Selama proses belajar awal anak harus berada dalam lingkungan yang kaya, yang berisi berbagai macam pemandangan, suara, tekstur, bentuk objek dan sebagainya. Semakin kompleks suatu lingkungan, semakin banyak yang direpresentasikan dalam level neurologis. Semakin banyak yang direpresentasikan di level neural, semakin besar kemampuan anak untuk berfikir. Menurut Hebb, selama proses belajar awal mungkin terdapat prosesasosiasi tertentu. Hal yang tampaknya penting untuk perkembangan kumpulan sel dan sekuensi fase adalah prinsip kontinguitas dan frekuensi. Misalnya, sederetan kejadian lingkungan sering terjadi, Ia akan direpresentasikan secara neurologis sebagai sekuensi fase. • Dapat dijelaskan dengan prinsip Gestalt ketimbang dengan prinsip asosiasionistik. Setelah kumpulan sel dan sekuensi fase berkembang pada masa kecil, proses belajar selanjutnya biasanya berupa penataan ulang. Dengan kata lain, setelah blok bangunan terbentuk, blok itu dapat diatur kembali menjadi berbagai macam bentuk. Hebb mengatakan bahwa karateristik fisik dan lingkungan belajar adalah sangat penting. Untuk tugas dan siswa tertentu ada level kewaspadaan atau kesiapan optimal yang membuat proses belajar menjadi efisien. Karena level kesiapan ini dikontrol oleh stimulasi eksternal, maka level stimulasi dalam lingkungan belajar akan menentukan seberapa proses belajar berlangsung. Jika terlalu banyak stimulasi, proses belajar akan sulit. Jika kekurangan stimulasi, proses belajar juga sulit. Yang diperlukan adalah level stimulasi optimal untuk tugas siswa. Belajar Otak Kiri, Otak Kanan. Fungsi otak normal adalah saling terkait secara keseluruhan, mustahil untuk menciptakan pengalaman pendidikan yang dikhususkan pada satu belahan otak saja. Levy (1985) mengatakan : “Karena dua belahan otak tidak berfungsi secara sendiri-sendiri, maka mustahil untuk medidik satu belahan otak saja pada otak yang normal. Otak kanan akan mendapatkan pendidikan yang sama dengan otak kiri dalam pelajaran sastra, dan otak kiri akan mendapatkan pendidikan yang sama dengan otak kanan dalam pelajaran music dan melukis”. 5. Evaluasi Teori Hebb Kontribusi terpenting Hebb adalah demonstrasi konseptualnya bahwa kita dapat mempelajari proses kognitif yang lebih tinggi dengan menggunakan neuron atau synapse sebagai alat utamanya. Hebb adalah periset utama yang memperlihatkan hubungan fundamental antara aktifitas synaptic dan semua fenomena otak pada level yang lebih tinggi dan menyusun model sederhana dari bagaimana proses ini terjadi dari kejadian-kejadian synaptic. Seperti Tolman, Hebb melihat perbedaan antara motivasi dan belajar, dan ia juga melihat kesulitan yang ada dalam upaya pemisahan keduanya. Dengan riset mengenai kesiapan/ kewaspadaan, deprivasi sensoris, penguatan, dan rasa takut, Hebb memberi pengaruh penting pada studi motivasi dan studi belajar. B. Model-model pembelajaran yang Terkait dengan Teori Belajar Neurofisiologis Dominan Ketika mengajar harus pendidik diharapkan memilih pendekatan, strategi, metode, teknik yang sesuai dengan kondisi dan situasi anak yang akan kita ajar, supaya tujuan pengajaran tercapai dengan hasil yang baik. Bila guru tidak menggunakan strategi belajar yang sesuai, maka hasil belajar yang diharapkan tidak akan tercapai secara optimal. Model Pembelajaran dibedakan dengan strategi pengajaran, metode pengajaran, atau prinsip pengajaran. Model Pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model Pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Pola urutan dari macam-macam model pembelajaran memiliki komponen yang sama. Komponen yang sama adalah bahwa setiap model pembelajaran diawali denganmenarik perhatian/ motivasi siswa, diakhiri dengan penutupan berupa merangkum pokok-pokok pengajaran. Tiap model pembelajaran memerlukan pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat dikatakan bahwa terkait dengan teori belajar neurofisiologis dominan, diantaranya sebagai berikut: 1. Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning, CTL) Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata. Menurut Johnson (2002) CTL adalah Sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yg mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. Tujuh komponen belajar CTL: Membuat kaitan yang bermakna; Melakukan pekerjaan yang berarti; Melakukan pembelajrn yg diatur sendiri; Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang; Berpikir kritis; Kreatif untuk mencapai standar yg tinggi dan Menggunakan penilaian yang authentic. Skenario CTL adalah sebgai berikut: • Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru yang harus dimilikinya. • Melaksanakam kegiatan inquiry. • Mengembangkan rasa ingin tahu siswa dengan pertanyaan-pertanyaan. • Menciptakan masyarakat belajar seperti kegiatan kelompok diskusi. • Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya. 2. Examples Non Examples Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompotensi dasar Langkah-langkah atau skenario pembelajarannya: • Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran • Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui slide • Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar • Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas • Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya • Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai • Kesimpulan 3. Picture And Picture Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Langkah-langkah atau skenario pembelajarannya: • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. • Menyajikan materi sebagai pengantar. • Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. • Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. • Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. • Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. • Kesimpulan/rangkuman 4. Problem Based Learning (PBL) PBL adalah pembelajaran yang didasari oleh dorongan penyelesaian masalah. Karakteristik Masalah PBL adalah: • Masalah harus cukup kompleks dan ambigu (taksa) sehingga siswa terdorong utk menggunakan strategi-strategi penyelesaian masalah, teknik dan ketrampilan berpikir. • Masalah harus bermakna dan ada hubungannya dgn kehidupan sehari-hari sehingga siswa termotivasi mengarahkan dirinya utk menyelesaikan masalah dan mengujinya secara praktis. Langkah-langkah atau skenario pembelajarannya: • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. • Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain). • Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. • Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya • Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan BAB III KESIMPULAN 1. Teori Neurofisiologis Dominan “Donald Olding Hebb”. Hebb telah membuat 3 observasi yang dijelaskan lewat teorinya: • Otak tidak berperan sebagai stasiun relay (penghubung). • Intelegensi (kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara genetik. • Pengalaman masa kanak-kanak lebih penting dalam mempengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa. Menurut Hebb, ada dua jenis belajar, yaitu: • Berkaitan dengan pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara gradual selama bayi dan kanak-kanak. Proses belajar awal ini representasi neurologis atau objek dan lingkungan. Ketika perkembangan neural ini terjadi, anak dapat memikirkan suatu objek atau kejadian atau sederetan objek dan kejadian yang tidak hadir secara fisik didepannya. Selama proses belajar awal anak harus berada dalam lingkungan yang kaya, selama proses belajar awal mungkin terdapat prosesasosiasi tertentu. • Proses belajar selanjutnya biasanya berupa penataan ulang. Hebb mengatakan bahwa karateristik fisik dan lingkungan belajar adalah sangat penting. Untuk tugas dan siswa tertentu ada level kewaspadaan atau kesiapan optimal yang membuat proses belajar menjadi efisien. Level stimulasi dalam lingkungan belajar akan menentukan seberapa proses belajar berlangsung. 2. Model-model pembelajaran yang terkait dengan Teori Neurofisiologis Dominan adalah sebagai berikut: • Pembelajaran Kontekstual • Problem Based Introduction (PBI) • Examples Non Examples • Picture And Picture DAFTAR PUSTAKA http://suapbedebong.blogspot.com/2012/04/makalah-neurofisiologi.html jam 5 tanggal 8 Oktober 2013 http://galihdwipradipta.blogspot.com/2011/12/implikasi-teori-belajar-dalam-penjas.html jam 5 tanggal 8 Oktober 2013 http://daribkuntukbk.blogspot.com/2012/04/teori-neurofisiologis-dominan-donald.htmldiakses tanggal 8 Oktober 2013 http://fisikastkip2011.wordpress.com/2011/10/05/analisis-teori-teori-belajar-dan-implementasinya/diakses tanggal 8 Oktober 2013 http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-picture.html diakses jam 4 tanggal 14 Oktober 2013. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran (Edisi Kedua). Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hergenhahn, B. R dan Matthew H. Olson. 2009. Theoris Of Learning (Teori Belajar, Edisi Ketujuh). Jakarta: Kencana.