UJIAN TENGAH SEMESTER
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan yang dibimbing oleh Bapak Danang
Tandyonomanu
Disusun Oleh:
Nama :
Anggelina Morantri Bili
NIM :
137905013
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Desember 2013
Soal
1.
Penerapan
elearning di Indonesia. Apa yang menjadi kendala dan kemungkinan yang muncul.
Jelaskan kendala dan kemungkinan tersebut, dan bagaimana mengatasi dan
mengoptimalkan pelaksanaan elearning jika diterapkan di indonesia.
2.
Interaksi
merupakan bagian yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pemanfaatan
elearning, interaksi yang muncul di antara peserta pembelajaran menjadi
tantangan tersendiri. Bagaimana mengoptimalkan aspek interaksi sehingga semua
aspek interaktivitas pada pembelajaran tatap muka (face-to-face) dapat tercapai?
3.
Mengapa
pendidikan perlu mempertimbangkan elearning? Bagaimana dengan ilmuan teknologi
pendidikan menyikapi hal ini?
4.
Pemanfaatan
elearning ditengarai akan menyebabkan perilaku penyendiri tidak mau
bersosialisasi dengan orang lain di lingkungannya. Bagaimana upaya teknolog
pembelajaran dalam mengatasi kemungkinan tersebut?
Jawaban
1. Kendala dan kemungkinan yang
muncul dalam menerapkan e-learning di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
A.
Biaya awal
pengoperasian (Investasi awal). Banyak
orang atau instansi pendidikan belum bisa menggunakan sistem pembelajaran ini
karena masalah biaya, mulai dari membeli peralatan sampai pengoperasiannya pada
awalnya sangat dibutuhkan biaya besar. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
negara Indonesia adalah negara kepulauan yang berarti dalam
penyebaran/penyamarataan semakin membutuhkan biaya yang besar. Mengenai ini
pernah dikemukan oleh wakil presiden RI yang tercatat dalam compas, “Untuk
mengimplementasikan e-learning, perlu dibangun terlebih dulu teknologi
informasi yang handal hingga seluruh pelosok dan perlu dikembangkan sistem
softwarenya yang mampu melayani semua interaksi dalam proses pembelajaran memerlukan
biaya yang tidak sedikit”.
B.
Internet mahal; Untuk menggunakan internet masih
membutuhkan biaya yang kurang bisa dijangkau oleh semua pihak. Hal ini juga
sangat dirasakan oleh daerah-daerah pelosok, umumnya di bagian Indonesia Timur,
misalnya di Sumba (NTT) bila ingin menikmati faislitas internet masih harus
membayar 10.000 ribu/jam sedangkan di Jawa hanya membutuhkan 3.000/jam. Bila
dibandingkan lagi dengan di negara maju seperti di Amerika, masyarakat dapat
mengakses internet dengan mudah, cepat dan tanpa membayar.
C.
Belum tersedianya hotspot di semua instansi
pendidikan yang ada di Indonesia
Untuk alasan tertentu, seperti biaya memang belum banyak instansi-instansi pendidikan yang bisa menyediakan hotspot.
Untuk alasan tertentu, seperti biaya memang belum banyak instansi-instansi pendidikan yang bisa menyediakan hotspot.
D.
Teknologi dan infrastruktur. ketersedian
dan kelayakan infrastruktur E learning itu sendiri dalam hal ini belum tercukupinya media pendukung seperti
PC, laptop, LCD, dan lain-lain. E-learning membutuhkan perangkat komputer,
jaringan yang handal, dan teknologi yang tepat. Akan tetapi, ketersediaaan
infrastruktur dan teknologi ini masih belum memadai bagi beberapa instansi
pendidikan di
Indonesia. Hal ini juga dirasakan oleh daerah-daerah tertinggal.
E. Belum
siapnya
SDM yang kita miliki; Meliputi
pengajar dan siswa/mahasiswa. Masih banyak pengajar, terutama pengajar yang
lama belum bisa menggunakan e-learning dalam pembelajaran karena mereka memang
belum pernah mengenal apa itu e-learning dan karena sudah lamanya mereka
menggunakan sistem klasik ini. Dari siswa/mahasiswanya pun masih banyak yang
belum bisa menggunakan e-learning secara maksimal, karena mereka masih menggunakan
cara klasik. Sebagian pendidik juga ada yang tidak dapat menggunakan e-learning karena memang mereka tidak
mendapatkan pembelajaran tersebut saat menjalani studi. Seorang guru olah raga
misalnya pada saat studi mereka tidak diajarkan bagaimana menggunakan e-learning secara spesifik sehingga
apabila diterapkan dalam pembelajaran olah raga, guru tersebut bingung dan
pembelajaran tidak efektif. Kualitas sumber daya manusia dapat
dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index
(HDI). Berdasarkan laporan IPM yang dirilis United Nation Development Program
(UNDP), pada tahun 2010 IPM Indonesia berada pada urutan 108 dari 166 negara. Keterbatasan
informasi dan ilmu pengetahuan dalam bahasa Indonesia, juga menjadi salah satu
penyebab rendahnya penggunaan internet dalam negeri karena disajikan dalam
bahasa Inggris. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk berbagi ilmu pengetahuan
masih sangat rendah.
F. Budaya
Independent Learning. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk
belajar atau mengikuti pelatihan melalui komputer, dimana hal ini baru dimiliki
oleh sebagian kecil SDM. Umumnya yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia
adalah melakukan pembelajaran karena adanya pengawasan dari lembaga
pendidikan/sekolah/guru. Hal ini terkait dengan kesadaran. Dari segi proses belajarnya
sendiri, diperlukan motivasi yang kuat dari seorang murid untuk menyelesaikan
proses belajar dan guru pada akhirnya
akan bertindak sebagai fasilitator.
G.
Desain
Materi; Penyampaian
materi dalam bentuk e-learning, tentu berbeda dengan penyampaian materi dalam
training konvesional. Penyampain materi melalui e-learning perlu dikemas dalam
bentuk yang learner centric. Saat ini
masih sangat sedikit instructional
designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning
yang memadai.
H.
Sistem pendidikan yang belum berbasis e-learning; Belum banyak instansi-instansi
pendidikan di Indonesia yang berbasis e-learning, sehingga banyak juga yang
belum bisa merasakan e-learning ini.
Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi dan mengoptimalkan pelaksanaan e-learning jika diterapkan di Indonesia:
A.
Biaya awal
pengoperasian (Investasi awal), pemerintah harus berani mempunyai kebijakan
yang mendukung ivestasi awal dalam membangun sistem pendidkan yang berbasis e-learning dengan telah mempertimbangkan
berbagai dampak dan efek yang mungkin muncul dengan terlaksanannya e-learning. Saat
ini Depdiknas mempunyai program pengembangan TIK yang mendukung terlaksanannya e-learning, yaitu:
a)
Bidang kejuruan, TIK menjadi salah
satu jurusan di SMK. Pengembangan TIK secara teknis baik hardware dan software
masuk dalam kurikum pendidikan.
b)
Pustekkom, sebagai salah satu ujung
tombak dalam pengembangan TV pendidikan interaktif, E learning dan E SMA.
Program ini bertujuan untuk mempersempit jurang perbedaan kualitas pendidikan
antara kota besar dengan daerah.
c)
Jardiknas (Jejaring Pendidikan
Nasional), bertujuan untuk mengintegrasikan kedua program di atas agar
terbentuk sebuah jaringan yang menghubungkan semua sekolah di Indonesia.
Sehingga diperkirakan di masa depan semua sekolah di Indonesia akan terkoneksi
dengan internet.
B.
Untuk
masalah biaya penggunaan
internet, sebaiknya pemerintah dan perusahaan-perusahaan
telekomunikasi membuat suatu kesepakatan atau semacam kebijakan dan juga
pastinya dana yang mendukung untuk menyediakan layanan internet murah terutama
untuk bidang pendidikan bahkan gratis atau bisa juga dengan meyediakan hotspot
bagi sekolah-sekolah atau perguruan tinggi yang belum memilikinya.
C.
Untuk masalah teknologi dan infrastruktur: pengadaan
media untuk pelaksanaan e-learning seperti PC, laptop, LCD, dan lain-lain. Sebaiknya pemerintah menyediakan dana untuk sekolah
atau perguruan tinggi yang membutuhkan dana untuk pengadaan media untuk
mendukung terlaksana nya e-learning
dan harus lebih diperhatikan masalah pemerataan khususnya untuk daerah-daerah
tertinggal. Pengadaan infrastruktur server dan jaringan komputer serta
penyediaan Learning Management System
(LMS) sebagai ruang kelas virtual tempat berinteraksinya siswa dan pembelajar. Anggaran 20% untuk pendidikan kalau bisa
lebih tinggi, itu lebih baik. Karena anggaran yang semakin besar untuk
pendidikan, berbanding lurus dengan kualitas pendidikan. Anggaran ini juga
dialokasikan untuk mendukung terciptakan pembelajaran e-learning di Indonesia. Semakin tersedia sarana dan prasarana
pendidikan, semakin baik kualitas pendidikan.
D.
Untuk
masalah SDM, sudah seharusnya pemerintah atau
instansi-instansi pendidikan mengadakan sosialisasi
atau pelatihan tentang e-learning.
Untuk pengajar, bisa dilakukan diklat mengenai penggunaan e-learning dalam pembelajaran, sehingga staf pengajar sudah siap
untuk melaksanakan sistem baru ini. Untuk siswa, seharusnya mereka dikenalkan
dengan e-learning sejak dini. Dalam pelatihan tersebut para
staf pengajar akan diperkenalkan dengan ruang kelas virtual yang ada, termasuk
bagaimana membuat kelas online, mengupload bahan ajar, melakukan pendaftaran
siswa, proses evaluasi, dan sebagainya untuk menunjang e-learning.
E.
Pemerintah
bisa juga membuat kesepakatan dengan negara lain untuk
menjalin kerjasama atau dengan adanya bantuan. Terutama negara-negara yang
sudah berhasil dalam pelaksanaan e-learning.
Karena kesuksesan negara-negara tersebut dapat kita contoh untuk menyukseskan
pelaksanaan e-learning di Indonesia.
F.
Melalui pelatihan-pelatihan yang
dibuat, guru harus bisa mendesain materi pembelajaran.
G.
Dalam
hal budaya. Meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar dengan banyak memberikan motivasi siswa.
2.
Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan aspek interaksi sehingga semua aspek
interaktivitas pada pembelajaran tatap muka (face-to-face) dapat tercapai dan memungkinkan terjadinya komunikasi
secara sinkron (syncronous) maupun tertunda (asyncronous). Hal
ini dapat dilakukan dengan membangun e-learning
terdiri dari tujuh langkah yaitu:
A.
Merancang
e-learning yang tepat, sesuai dengan
kebutuhan dan interaksi-interaksi yang harus ada dalam suatu pembelajaran. Sistem
e-learning
perlu mempertimbangkan dua hal
utama, yakni; Peserta didik yang menjadi target dan Hasil pembelajaran
yang diharapkan.
Merancang dengan memperhatikan: a) Analisis kebutuhan; untuk
mengetahui kesiapan faktor pendukung berupa alat, dana, pembuat kebijakan, dukungan
teknis yang berupa komputer dan jaringan internetnya, sumber daya manusia sehingga tercipta interaktivitas
didalamnya, b) Komponen analisis kemampuan dasar mengenai karakteristik siswa,
c) Tujuan Umum Pembelajaran; Berisi tujuan umum yang harus dikuasai, d) Tujuan
Khusus Pembelajaran; Sesuai kemampuan dasar serta karakteristik siswa.
B.
Mengembangan
Materi; Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran melalui internet yang dapat
menigkatkan aspek interaktivitas didalamnya, meliputi:
a)
Pengembangan
strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran koperatif melibatkan kerja
kelompok sehingga mendukung interaksi antara peserta didik, misalnya dengan
menggunakan mailing list.
b)
Pendidik
membuat dan menyusun materi pembelajaran sesuai dengan rancangan. Misalnya
membuat Pembelajaran
berbasis kompoter dengan model tutorial, simulasi dan instruksi games. Sumber daya yang diperlukan seperti audio, video,
grafis dan lain-lain.
C. Menerapkan atau melaksanakan e-learning yang melibatkan
interaksi-interaksi yang harus ada dalam suatu pembelajaran dengan menggunakan beberapa hal sebagai
berikut:
a) Audio Conreferencing; sederhana dan relatif murah
untuk penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh merupakan interaksi langsung
dalam bentuk audio antar dua orang/lebih yang berada pada tempat berbeda.
b) Videobroadcasting; merupakan teknologi e-learning
interaktif yang bersifat satu arah yang bersifat audio visual. Contohnya
dengan memakai Skype yang menggunakan media internet untuk melakukan
percakapan seperti telepon dan bisa melihat dengan utuh.
c) Videoconferencing; dapat memungkinkan seluruh
pembelajar melihat, mendengar, dan bekerja sama secara langsung dapat memberikan
visualisasi secara langsung dan lengkap dengan multi medi. Videoconferencing
distance learning memungkinkan interaksi antara dua orang atau lebih, dua
kelas pada tempat yang berbeda dan waktu yang bersamaan.
d) Silabus Online; Seluruh
pembelajar dan orang tua bisa memantaunya di silabus online, akan
meningkatkan interaksi dengan lingkungan dan terjalin kontrol sosial juga akan
mempermudah interaksi antara siswa dengan lingkungan.
e) The World Wide Web (WWW);
Situs yang diakses oleh pengajar/pembelajar kapan dan dimana saja. Lembaga
pendidikan, sekarang hampir semuanya memiliki situs web.
f) Electronic-mail (e-mail) atau
surat elektronik; memungkinkan pembelajar untuk berkomunikasi dan saling mentransfer
informasi. Mailing list merupakan perluasan
dari e-mail dimana seseorang dapat mengirim pesan kepada sekelompok orang yang
telah terdaftar untuk bergabung dalam kelompok diskusi. Sebagai contoh, seorang
dosen memiliki daftar siswa yang tergabung dalam kelompok diskusi mata kuliah
tertentu.
g) Voice Mail; Sistem voice mail menyimpan
dan menyampaikan pesan suara yang dirubah dalam bentuk digital. Pesan
suara dikirim dalam bentuk diktat kepada penerima telepon mailbox.
D.
Mengevaluasi;
Pendidik merefleksikan dan merevisi
apa yang telah dilakukan mulai dari tahap analisis, desain, pengembangan, dan
pelaksanaan telah mengoptimalkan aspek interaktivitas dalam e-learning atau tidak.
Gambaran secara
umum dapat dilihat secara jelas dalam bagan singkat berikut ini:
3.
Pendidikan perlu mempertimbangkan persepsi dasar pemanfaatan tentang
e-learning, yaitu:
- Electronic based E-learning, adalah pembelajaran yang memanfaatkan TIK, terutama perangkat yang berupa elektronik tidak hanya internet, melainkan perangkat seperti film, video, OHP, LCD projector, dan lain sebagainya.
- Internet Based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet yang bersifat online/ komputer yang terhubung dengan internet.
Berdasarkan dua persepsi
dasar pemanfaatan tentang e-learning
maka dengan mengggunakan e-learning
memberikan banyak manfaat yang mendukung terselengaranya
pendidikan yang lebih baik bila dilakukan dengan tepat. E-learning
sebagai model maupun media pembelajaran dalam pendidikan memberikan peran dan
fungsi yang besar bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat e-learning dalam pendidikan lebih khusus nya proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan akses terhadap kesempatan belajar (increase access to learning opportunity) dan fleksibelitas siswa dalam belajar yang dapat digunakan dalam waktu kapan saja san dimana saja melalui berbagai sarana dan metode.
- Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan tidak tergantung pada penjadwalan tertentu. Sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan di mana saja. Tugas pembelajaran dapat diserahkan kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan tanpa menunggu sampai bertemu.
- Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi dan menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi.
- Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka.
- Meningkatkan kualitas pembelajaran (enhance general quality).
- Mengembangkan keterampilan dan kompetensi (develop skills and competencies) yang diperlukan siswa serta memberikan bekal kecakapan digital yang diperlukan dalam bidang ilmu, profesi, atau karir mereka.
- Mengakomodasi beragamnya gaya atau cara belajar (to meet the learning sytles/needs) sesuai dengan kebutuhan siswa. Beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah: a) Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator). b) Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung, dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat mempelajari lebih menarik. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata. c) Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek dengan memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari siswa. d) Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus yang telah terjadi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus yang telah terjadi atas materi, misalnya lewat video. e) Learning by exploring. Melakukan eksplorasi terhadap subyek. Aplikasi menyediakan informasi untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa.
- Biaya dalam hal meningkatkan efektivitas dana (cost effectivinees). Banyak biaya yang bisa dihemat dengan e-learning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota/negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar.
- Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak (software) yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Penyempurnaan bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Didasarkan juga atas umpan balik dari siswa maupun hasil penilaian guru/dosen/ instruktur selaku pembina materi.
10. Meningkatkan interaksi pembelajaran, dengan adanya
interaksi antara pembelajar, materi pembelajaran, dan pengajar. Sebab dengan
tidak adanya tatap muka langsung biasanya para pembelajar lebih berani
mengungkapkan pendapat/pertanyaa substansial terhadap
materi. Siswa dapat
belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja.
- Jangkauan pembelajaran lebih luas. Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas pada tempat-tempat tertentu saja.
Di antara
banyak fasilitas e-learning menurut
Onno W. Purbo (2002), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan
untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail,
Mailing List (milis), News group,
File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”. Jadi dalam
mendesain e-learning dalam pendidikan
harus melibatkan juga aplikasi standar internet yang ada. Peranan para ilmuan teknolog pendidikan adalah merancang dengan
mempertimbangkan dan menggunakan kawasan teknologi pembelajaran,
terdapat lima kawasan yang didasarinya yaitu kawasan perencanaan, kawasan
pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan dan kawasan penilaian. Dalam melakukan ini harus
mempertimbangkan apakah: (1) Memperluas kesempatan belajar, (2) Meningkatkan
efisiensi, (3) Meningkatkan kualitas belajar dan iteraktivitas didalamnya, (4)
Meningkatkan kualitas mengajar, (5) Memfasilitasi pembentukan keterampilan, (6)
Mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan, (7) Meningkatkan perencanaan
kebijakan dan manajemen, (8) Mengurangi kesenjangan digital. Ilmuan
teknologi pendidikan menyikapi hal ini, dapat di lihat dengan jelas pada
beberapa hal yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Mustaji, M.Pd. yang
menyatakan dalam tulisan nya yang dijelaskan dibawah ini:
a) Corak interaktif
sumber belajar dalam e-learning memungkinkan siswa untuk terus meningkatkan
keterlibatannya dengan pengembangan isi. Sebagai contoh, para siswa dapat
mengakses perpustakaan maya di seluruh dunia. b) Pembelajaran online menyediakan perkakas
teknis yang membuat belajar lebih mudah. c) Teknologi simulasi tau visualisasi dengan
computer dapat membantu siswa untuk belajar sistem yang kompleks dengan cara
yang lebih kongkrit. Komunikasi percakapan berbasis komputer (Computer Mediated
Chatting/CMC) dan bulletin board. d) Dengan adanya teknologi internet ini
sistem penyampaian dan komunikasi (delivery
system and communication) antara siswa dengan guru, guru dengan guru atau
siswa dengan siswa dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara, baik secara
bersamaan (synchronous) maupun (asynchronous). Beberapa bentuk komunikasi yang
dapat dilakukan melalui: dialog elektronik (chatting); surat elektronik (e-mail, asynchronous); konferensi kelompok
melalui surat elektronik (mailing list)
dan konferensi jarak jauh (teleconference).
Hal ini terlihat jelas dalam pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia contohnya dengan adanya EdukasiNet, yang merupakan hasil secara lansung didesain juga oleh
tenaga-tenaga lulusan teknologi pendidikan. Lewat EdukasNet terlihat jelas
bahwa pendidikan di Indonesia saat ini sangat
mempertimbangkan ada nya e-learning dalam berbagai aspek pendidikan.
EdukasNet adalah program jaringan sekolah yang dikembangkan oleh
Pustekkom yang berfungsi sebagai 1) wahana komunikasi lintas sekolah; 2) wadah
sumber belajar; dan 3) wahana berbagi informasi antar sekolah di Indonesia.
Sebagai portal pendidikan, EdukasiNet dapat diakses oleh siapa saja, di mana
saja dan kapan saja melalui url:http://www.e-dukasi.net.
4. Upaya teknolog pembelajaran dalam
mengatasi perilaku penyendiri tidak mau bersosialisasi dengan orang lain di
lingkungannya dalam pemanfaatan e-learning
sesuai dengan domain-domain Tekologi Pembelajaran:
·
Kawasan
Desain pembelajaran yang tetap melibatkan aspek interaksi sosial di dalam
pemanfaatan e-learning hal ini
mungkin dapat diatasi dengan cara mengoptimalkan interaksi dalam group. Kawasan Desain meliputi studi mengenai desain sistem
pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran
dan karakteristik pembelajaran. Misalnya dengan merancang strategi pembelajaran yang bersifat Project Learning dan Kooperatif Learning untuk mendiskusikan
topik dengan cara chatting/audiocoferece/videoconference melalui internet dalam
waktu yang bersamaan (sinkronous) atau dalam waktu yang berbeda (asinkronous)
dengan siswa mendiskusikan sesuatu suatu topic secara kelompok melalaui via
email, bulletin board, dan lain-lain.
·
Kawasan Pengembangan mengenai
adanya pesan dalam isi, strategi
pembelajaran yang didorong oleh teori dan manifestasi fisik dari teknologi (perangkat keras dan lunak serta bahan
pembelajaran). Materi
pelajaran yang dikembangkan melalui media belajar buku pegangan, teknologi
berbasis audio, visual atau audiovisual, teknologi berbasis komputer dan
teknologi terpadu.
·
Kawasan pemanfaatan; Empat
kategori dalam kawasan pemanfaatan
ini adalah: pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan pelembagaan. Hal konkret yang dapat dilkukan
untuk tetap melibatkan aspek interaksi sosial di dalam pemanfaatan e-learning dengan menerapkan:
a) Dialog
elektronik (chatting); dialog elektronik adalah percakapan berbasis teks yang
dapat dilakukan secara online dalam waktu bersamaan (synchronous) antara dua
atau lebih pengguna internet. Contoh aplikasi dalam konteks pendidikan tinggi,
dialog elektronik dapat digunakan untuk proses komunikasi antara dosen dengan
beberapa orang mahasiswanya dalam mendiskusikan suatu topik perkuliahan
tertentu.
b) Surat
elektronik (e-mail); bentuk komunikasi tidak bersamaan (asynchronous) yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara
mahasiswa dengan dosen atau mahasiswa dengan mahasiswa lain. Berbeda dengan
chatting, dengan cara ini umpan balik yang diperoleh mungkin tertunda.
c) Konferensi
kelompok melalui surat elektronik; Mailing
list merupakan perluasan dari e-mail
dimana seseorang dapat mengirim pesan kepada sekelompok orang tertentu yang
telah terdaftar untuk bergabung dalam kelompok diskusi.
d) Konferensi
jarak jauh (teleconference);
konferensi jarak jauh dapat berupa konferensi audio maupun konferensi video.
Kedua konferensi ini dapat dilakukan dengan cara "point to point"
atau "multi point". Cara pertama dilakukan dalam dua tempat.
Sedangkan cara kedua dilakukan dalam lebih dari dua tempat. Sebagai contoh,
seorang guru dari sekolah tertentu dapat mendiskusikan suatu topik tertentu
kepada siswa di beberapa sekolah lain dalam waktu bersamaan.
·
Kawasan Pengelolaan; Secara
singkat ada empat kategori dalam kawasan pengelolaan yaitu: pengelolaan proyek,
pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian dan pengelolaan informasi.
·
Kawasan Penilaian; Berfungsi
untuk mengukur sejauhmana tujuan dalam hal ini apakah e-learning yang dilakukan tetap melibatkan kan aspek
interaksi sosial dalam lingkungan pembelajaran telah tercapai atau tidak dan
tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai.
Hal ini juga secara jelas dapat dilihat
penjelasannya pada pembahasan jawaban nomor 2 yang mengarah pada aspek
interaktivitas yang harus dilibatkan dalam e-learning.
DAFTAR PUSTAKA
Afinah. (2012). “Penerapan E-learning
di Indonesia”. [online]. Tersedia: http://afina167.wordpress.com/2012/08/30/penerapan-e-learning-di-indonesia/html.
[
4 Desember 2013].
Effendi. (2009). “Hambatan dan Keterbatasan E-learning”. [online]. Tersedia: http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/11/hambatan-dan-keterbatasan-e-learning.html.
[3 Desember 2013].
Hasbullah. (2008). “Perancangan dan Implementasi
Model Pembelajaran E-Learning untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di JPTE FPTK UPI”. [online]. Tersedia:http://directory.umm.ac.id/tik/Hasbullah_Perancangan%20dan%20Implementasi%20Model%20Pembelajaran.pdf.
[3 Desember 2013].
Lestari,
Umi. (2011). “Makalah Dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) terhadap Aktivitas Pendidikan”. [online]. Tersedia: http://umilestari67.wordpress.com/2011/04/03/makalah-dampak-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik-terhadap-aktivitas-pendidikan/html.
[3 Desember 2013].
Mustaji.
(2011). “Pemanfaatan Multi Media untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan”. Disajikan dalam seminar AKAL Interaktif di TB.
Gramedia EXSPO Surabaya. [online].
Tersedia: http://pasca.tp.ac.id/site/pemanfaatan-multi-media-untuk-meningkatkan-kualitas-pendidikanhtml.
[4 Desember 2013].
Permana Wijaya, Yoga (2009).
“Efektifitas E-learning Bagi Mutu
Pendidikan Sekolah Di Indonesia”.
[online]. Tersedia: http://yogapw.wordpress.com/2009/05/14/efektifitas-e-learning-bagi-mutu-pendidikan-sekolah-indonesia/.
[3 Desember 2013].
Rasyid,
Mulyati. (2009). “Pemanfaatan E-Learning
dalam Pembelajaran”. [online]. http://mulyatirasyid.wordpress.com/matakuliah-tik/final-test/html.
[3 Desember 2013].
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta
Surjono,
Herman Dwi. (2009). “Pengantar e-Learning dan Penyiapan
Materi Pembelajaran”. [online]. Tersedia: http://blog.uny.ac.id/hermansurjono/files/2009/02/pengantar-elearning-dan-penyiapan-materi.pdf.html.
[3 Desember 2013].
Wasis D,
Dwiyogo. (2011). “Pembelajaran Berbasis Blanded
Learning”. [online]. http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learninghtml. [3
Deesember].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar